RampananKapa' : Pernikahan Adat Toraja. Pernikahan dalam Bahasa Toraja disebut rampanan kapa'. Rampanan berasal dari kata rampan yang artinya turun, sehingga rampanan bisa diartikan suatu sikap untuk bersiap melakukan sesuatu. Kapa' selain artinya pernikahan juga berarti uang denda yg harus dibayar oleh orang yang menyebabkan perceraian.
- Berbagai kelompok etnis mewarnai keragaman yang ada di Indonesia, salah satunya adalah Suku Toraja. Suku Toraja adalah penduduk asli yang berasal dari Kabupaten Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan yang menetap di sekitar pegunungan bagian utara. Baca juga Kearifan Tanah Toraja dalam Kopi Mangiru’ Dolo Masyarakat Suku Toraja masih banyak tersebar di Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Toraja Utara, dan Kabupaten Mamasa. Baca juga Manene Suku Toraja, Ritual Bersihkan Jenazah untuk Hormati Leluhur, Tetap Digelar Walau di Perantauan Asal Usul Suku Toraja Dalam buku Tongkonan Mahakarya Arsitektur Tradisional Suku Toraja 2017 oleh Weni Rahayu, dijelaskan bahwa ada beberapa versi dari asal-usul nama Toraja. Baca juga Ritual Rawat Mayat Suku Toraja di Perbatasan RI-Malaysia Beri Pesan Damai Jelang Paskah Orang Bugis-Sidenreng menyebutnya orang Toraja dengan nama to riajang’ yang artinya orang yang berdiam di negeri atas atau pegunungan’. Sementara orang Luwu pada zaman Belanda menyebut orang Toraja dengan to riaja’ yang berarti orang yang berdiam di sebelah barat’. Ada pula versi lain yang menyebut bahwa orang Toraja berasal dari toraya’, yang bermakna orang besar atau bangsawan. Shutterstock/JOSE MIGUEL NAVARRETE Rumah Tongkonan, rumah adat Suku Toraja. Dari mitos yang beredar di masyarakat, Toraja adalah sebuah negeri otonom bernama Tondok Lepongan Bulan’ atau Tana Matarik Allo’. Para bangsawan menyebutkan Toraja berasal dari kata tau raja yang berarti orang raja atau keturunan raja. Dalam mitos tersebut, para bangsawan Toraja tana’ bulaan beranggapan bahwa mereka nenek moyang mereka adalah keturunan Puang Matua dewa tertinggi/Tuhan yang kemudian diangkat menjadi raja di Tondok Lepongan Bulan atau Tana Matarik Allo. Sampai saat ini kepercayaan tersebut masih hidup dan dideklamasikan dalam pernikahan antara para bangsawan tana’ bulaan. Ciri-ciri Suku Toraja Ciri khas Suku Toraja dapat diamati dari cara hidup serta hasil budaya yang masih dapat diamati hingga saat ini. Salah satunya adalah kepercayaan desa-desa kecil otonom yang menganut kepercayaan animisme dan dinamisme yang dianut sebelum abad ke-20, yang dinamakan Aluk Todolo. Meski kini mayoritas masyarakatnya sudah memeluk agama Kristen, namun ajaran Aluk Todolo masih tetap dijalankan. Selain itu, masyarakat Suku Toraja juga memiliki baju adat yaitu Baju Pokko yang digunakan untuk kaum wanita. Sementara bagi pria akan mengenakan pakaian Seppa Tallung yang akan dipakai bersama dengan sejumlah aksesoris, seperti Kandure, Ganyang, dan Lipa'. Saat memakai baju Seppa Tallung, biasanya orang tersebut juga akan memakai penutup kepala yang disebut Passapu. Selain itu, masyarakat Suku Toraja memiliki rumah adat yaitu Tongkonan yang berbentuk panggung. Rumah Tongkonan terbuat dari kayu dengan atap lengkung seperti perahu dan berhias tanduk kerbau. Shutterstock/Muslianshah Masrie Jasad Suku Toraja yang didandani. Masyarakat Suku Toraja juga dikenal dengan situs pemakaman kuno yang terletak di tebing batu yaitu Tampang Allo, Lemo, Suaya, Sirope, Landan, da Londa. Di tempat tersebut, peti-peti mati berukir diletakkan pada ceruk-ceruk tebing batu dan terdapat pula patung-patung kayu Tau tau milik para mendiang. Tradisi Suku Toraja Suku Toraja dikenal memiliki berbagai tradisi, beberapa di antaranya cukup khas dan terkenal akan keunikannya. Berikut adalah beberapa diantaranya. 1. Rambu Solo’ Salah satu tradisi khas dari Suku Toraja adalah Rambu Solo' atau dikenal dengan istilah Auk Rampe Matampu. Rambu Solo' adalah tradisi upacara pemakaman yang dilaksanakan masyarakat Toraja untuk menghormati dan mengantarkan arwah menuju kehidupan selanjutnya. Masyarakat Toraja menganggap orang yang sudah meninggal telah benar-benar meninggal jika seluruh kebutuhan prosesi upacara Rambu Solo terpenuhi. Jika upacara ini belum dilakukan, maka keluarga akan memperlakukannya layaknya orang sakit, sehingga harus disediakan makanan, minuman, dan dibaringkan di tempat tidur. Tradisi ini dilakukan melalui serangkaian ritual dan doa yang dilaksanakan dengan pertunjukan seni, penyembelihan babi atau kerbau, dan kemudian mengantarkan jenazah ke tempat peristirahatan terakhirnya. 2. Tradisi Ma’nene Tradisi Ma'nene adalah ritual untuk membersihkan dan mengganti pakaian dari mayat yang sudah berusia puluhan bahkan ratusan tahun. Ritual Ma'nene tidak hanya sekedar ritual untuk membersihkan dan memakaikan baju baru pada jasad para leluhur. Ritual ini adalah gambaran dari pentingnya hubungan antar anggota keluarga bahkan yang sudah meninggal, dan diyakini para leluhur juga akan memberikan timbal balik positif bagi keluarga yang masih hidup. Tradisi Ma'nene menjadi salah satu tradisi yang masih dipertahankan dan dipahami sebagai cara menghormati nenek moyang. 3. Sisemba’ Sisemba’ adalah permainan adu kaki yang dilakukan sebagai bentuk rasa syukur dari hasil panen. Permainan ini dilaksanakan di lapangan terbuka dan dapat dilakukan oleh anak-anak maupun orang dewasa. Ada tiga cara permainan tradisional Sisemba yaitu Sisemba Simanuk satu lawan satu, Sisemba Siduanan dua lawan dua, dan Sisemba Sikambanan kelompok lawan kelompok. Sumber Penulis Dini Daniswari, Kistin Septiyani, Gaby Bunga Saputra Editor Ni Nyoman Wira Widyanti, Wahyu Adityo Prodjo Buku Weni Rahayu. 2017. Tongkonan Mahakarya Arsitektur Tradisional Suku Toraja. Jakarta Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.Adajuga versi lain bahwa kata Toraya asal To = Tau (orang), Raya = dari kata Maraya (besar), artinya orang orang besar, bangsawan. Lama-kelamaan penyebutan tersebut menjadi Toraja, dan kata Tana berarti negeri, sehingga tempat pemukiman suku Toraja dikenal kemudian dengan Tana Toraja. Sejarah Aluk. Konon manusia yang turun ke bumi, telah
Daftar Isi Jenis Ukiran Toraja dan Maknanya Ukiran Toraja Kelompok Garonto' Passura' a. Pa'Barre Allo b. Pa'Tedong c. Pa'Londongan d. Pa'Sussuk Ukiran Toraja Kelompok Passura' Pa'Barean a. Pa'Dadu b. Pa'Sala'bi Di To'Mokki c. Pa'Sala'bi' Biasa Karua e. Pa'Lamban Lalan f. Pa'Tangke Rapa' g. Pa'Tutu' Ra'bung atau Pa'Dempang Ukiran Toraja Kelompok Passura' To Dolo a. Pa'Doti Langi' b. Pa'Limbongan c. Pa'Suletang d. Pa'Lolo Tabang Makassar - Ukiran Toraja menjadi salah satu ciri khas yang dimiliki oleh Suku Toraja, Sulawesi Selatan Sulsel. Suku Toraja dikenal memiliki sejumlah kekayaan alam dan aneka ragam budaya, termasuk karya seni rupa ukir yang ada ratusan jenis ukiran Toraja. Setiap ukiran tersebut pun memiliki arti dan makna jenis ukiran ini biasanya ditemui pada dinding rumah adat Toraja. Selain itu, ukiran Toraja juga digunakan pada bagian luar alang, erong, atau peti jenazah. Warna-warna yang digunakan dalam ukiran Toraja ada empat macam yakni, putih, kuning, merah, dan hitam. Masing-masing memiliki makna spritual tersendiri. Berikut adalah makna setiap warna ukiran TorajaPutih menandakan arah mata angin utara, sebagai simbol kebesaran dan tempat bertakhta Puang Matua Tuhan Allah.Kuning menandakan warna matahari terbit sehingga menandakan arah mata angin timur, sebagai simbol kematangan, kehidupan, dan penghormatan kepada dewa-dewa khusus dalam kepercayaan agama asli orang Toraja.Merah menandakan warna matahari saat tenggelam sehingga menandakan arah mata angin barat, sebagai simbol keberanian, dan sebagai simbol menandakan arah mata angin selatan, sebagai simbol kembali ke awal sebelum terang diciptakan, dan bersemayamnya arwah orang mengetahui makna warna yang terdapat pada ukiran Toraja, berikut ini 15 jenis ukiran Toraja beserta Ukiran Toraja dan MaknanyaUkiran Toraja Kelompok Garonto' Passura'Ukiran Toraja kelompok Garonto' Passura' adalah motif pada Ukiran Toraja yang berisi dasar lambang kearifan hidup suku Toraja. Berikut sejumlah ukiran Toraja dari kelompok Garonto' Passura'a. Pa'Barre AlloUkiran Toraja Pa'Bare' Allo Foto dok. istimewa/KIKOMUNALPa'Barre Allo memiliki arti ukiran yang menyerupai bulatan matahari dengan pancaran sinarnya. Berasal dari kata "Barre" yang berarti bulatan atau lingkaran dan "Allo" yang berarti ukiran ini biasanya digunakan pada bagian rumah adat Toraja yang mencuat condong ke atas berbentuk segitiga, baik bagian depan maupun belakang rumah. Ukiran ini selalu digunakan bersama-sama dengan ukiran Pa' Pa'Barre Allo memiliki sejumlah makna. Antara lain sebagai berikut1. Menyatakan tanda kemuliaan kepada Tuhan yang telah menciptakan Matahari;2. Lambang kebesaran, keagungan dan kebanggaan bagi orang-orang Toraja;3. Satu kesatuan yang utuh dan bulat dan memiliki tujuan yang sama dari negeri Tondok Lepongan Bulan Tana Matari Pa'TedongUkiran Toraja Pa'Tedong Foto dok. istimewa/KIKOMUNALPa'Tedong memiliki arti ukiran yang menyerupai muka seekor kerbau. Berasal dari kata "Tedong", yang dalam bahasa Toraja berarti ukiran ini melambangkan kerbau di Toraja adalah binatang peliharaan yang utama dan sangat disayangi. Bagi masyarakat Toraja kerbau memiliki fungsi ganda misalnya emas kawin, alat transaksi dalam jual beli masyarakat Toraja dan sebagai korban persembahan kepada Dewa dan ada teknologi kerbau dijadikan sebagai alat pengolah sawah. Bagi masyarakat Toraja, kerbau memiliki tingkatan strata dan jenis-jenis seperti, kerbau Balian, Saleko, Bonga, Pudu' dan Sambao. Untuk menentukan harga dari seekor kerbau akan dilihat dari jenis dan memiliki makna ukiran yang melambangkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi masyarakat Toraja. Jenis ukiran ini dilukiskan pada indo' para papan besar teratas dan pada dinding-dinding penyanggah badan rumah dan lumbung ukiran Pa'Tedong tidak terdapat pada rumah atau lumbung padi, maka akan dipandang ukiran tak bermutu dan dianggap sebagai ukiran yang sedat atau buta. Menurut anggapan orang-orang tua ukiran Pa'Tedong adalah berpasangan dengan ukiran Pa'Doti Langi'.Oleh sebab itu jika ada orang yang mempunyai banyak kerbau dan mempunyai Ma' Doti Lagi', maka sempurnalah Pa'LondonganUkiran Toraja Pa'Londongan Foto dok. istimewa/KIKOMUNALPa'Londongan biasanya digunakan pada longa rumah dan lumbung di bagian depan maupun bagian belakang. Jenis ukiran ini memiliki arti "Londong" yang berarti ayam Pa'Londongan memiliki makna sebagai berikut1. Melambangkan keberanian seorang pemimpin, yang arif dan bijaksana;2. Diharapkan penghuni rumah mendapat keturunan yang berani seperti ayam jantan, yang kelak dapat melindungi orang banyak;3. Melambangkan penyelesaian hukum leluhur orang Toraja pada waktu mau penghamburan bibit padi terlebih dahulu melihat peredaran bintang dan bulan. Kalau ayam Lapandek itu sudah nampak di bulan, maka itulah tanda bahwa hujan hampir turun. Pada waktu itu mulailah orang membuka persemaian dan bekerja di sawah. Itulah sebabnya lukisan ayam jantan selalu ada pada rumah atau lumbung, bukan berarti ayam itu ada karena orang Toraja gemar sabung, melainkan memberikan tanda Pa'SussukUkiran Toraja Pa'Sussuk Foto dok. istimewa/KIKOMUNALPa'Sussuk berasal dari kata "Sussuk", yang artinya dikupas. Ukiran Pa'Sussuk adalah ukiran yang hanya dikupas sejajar dan tidak memiliki makna yang melambangkan kegotong-royongan, kebersamaan kesatuan masyarakat yang demokratis. Ukiran Pa'Sussuk ini terletak pada dinding rumah dan ukiran ini hanya digunakan pada Tongkonan tertentu saja, tidak boleh secara sembarangan. Tongkonan yang dimaksud adalah Tongkonan yang berperan dalam menentukan kebijakan dasar dasar kehidupan dalam wilayah adat yang bersangkutan.Ukiran Toraja Kelompok Passura' Pa'BareanUkiran Toraja kelompok Passura' Pa'Barean adalah motif ukiran Toraja yang melambangkan kegembiraan dan kesenangan pada etnis Toraja. Berikut sejumlah ukiran Toraja dari kelompok Passura' Pa'DaduUkiran Toraja Pa'Dadu Foto dok. istimewa/KIKOMUNALPa'Dadu adalah sejenis benda segi empat yang sama sisi. Permainan dadu di Toraja merupakan sejenis judi yang sangat digemari oleh hampir sebagian masyarakat pada zaman Pa'Dadu ini memberikan makna dan peringatan kepada anak cucu bahwa bermain dadu judi lebih banyak dampak negatif yang didapatkan ketimbang manfaat positif. Ukiran ini dilukiskan di samping Pa'Sala'bi Di To'MokkiUkiran Toraja Pa'Sala'Bi Di To'Mokki Foto dok. istimewa/KIKOMUNALPa'Sala'bi' Di To'Mokki ini memiliki arti pesan atau harapan agar kiranya anak cucu selalu terhindar dari segala wabah penyakit dan segala macam marabahaya. Letak ukiran Pa'Sala'bi' Di To'Mokki dilukiskan pada dinding rumah dan To'Mokki berarti dipahat bisa juga ditekan dengan ujung jari. Sehingga ukiran ini menyerupai anyaman dari belahan bambu yang biasanya diletakkan sekeliling dinding rumah adat. Dengan demikian Pa'Sala'bi Di To'Mokki berguna untuk menangkal hal-hal yang tergolong tidak baik. Maka dari itu, masyarakat Toraja percaya bahwa segala hal yang tidak baik jika ada jenis ukiran ini di Tongkonan maka itu adalah penolak ini dipercaya dapat menolak bala jika ada orang yang berniat jahat terhadap salah satu rumpun Tongkonan. Sehingga orang Suku Toraja biasanya menyelesaikan persoalan di Tongkonan agar siapapun yang berniat jahat akan Pa'Sala'bi' BiasaUkiran Toraja Pa'Sala'bi' Biasa Foto dok. istimewa/KIKOMUNALPa'Sala'bi' Biasa dalam hidup ini kita agar selalu berhati-hati terhadap segala kemungkinan, baik yang bersifat penyakit misalnya penyakit sampat maupun serangan yang tiba-tiba datang dari musuh. Letak ukiran Pa'Sala'bi' Biasa dilukiskan pada dinding rumah dan ukiran ini dalam bentuk belahan bambu secara bersilang, secara umum Sala'bi' juga dapat berarti pagar yang terbuat dari belahan bambu. Secara geografis orang Toraja hidup jauh dari daerah pesisir dan mendiami daerah puncak atau tebing-tebing sekitar tempat membangun rumah-rumah mereka itulah diberi pagar dari belahan bambu untuk mencegah dan menghalangi dari setiap serangan binatang buas atau setiap hal yang dapat dianggap KaruaUkiran Toraja Pa'Ulu Karua Foto dok. istimewa/KIKOMUNALUkiran Pa'Ulu Karua ini memiliki arti atau pesan atau makna atau harapan agar dalam keluarga muncul orang memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi untuk kepentingan masyarakat, mampu mendeteksi situasi-situasi yang berkembang dalam masyarakat dan memiliki hati yang lurus dan pikiran yang lurus. Ukiran ini dilukiskan pada dinding rumah dan mitos, dahulu kala ada delapan leluhur dari orang Toraja yang masing-masing menurunkan ilmu dan pengetahuan menyangkut kehidupan ini. Kedelapan orang inilah merupakan pencipta ilmu pengetahuan yang diturunkan kepada anak cucu Tomanurung. Kedelapan orang ini konon kabarnya menurut mitos Toraja diciptakan oleh Puang Anggemaritik Puang Matua = Tuhan dalam sebuah puputan kembar ajaib Sauan Sibarrung dan masing-masing memiliki ilmu dan dan keterampilan inilah yang dikembangkan manusia dari zaman ke zaman hingga saat ini yang dikenal dengan ilmu teknik, ilmu kesehatan, ilmu alam, ilmu ekonomi, ilmu tumbuh-tumbuhan dan lain-lain. Pa'Ulu Karua juga berarti bahwa orang yang mempunyai kemampuan untuk berbaur dengan semua Pa'Lamban LalanUkiran Toraja Pa'Lamban Lalan Foto dok. istimewa/KIKOMUNALUkiran Pa'Lamban Lalan mirip jenis rumput yang bercabang seperti ubi jalar dan biasanya tumbuh di pinggir-pinggir jalan. Berasal dari kata "Lamban" yang berarti menyeberangi dan "Lalan" yang berarti jalanan. Letak ukiran Pa'Lamban Lalan dilukiskan pada dinding Pa'Lamban Lalan ini memiliki arti atau pesan atau makna sebagai berikut1. Jangan mencampuri perkara atau urusan orang lain bila tidak dibutuhkan atau tidak ada sangkut pautnya dengan diri Mengingatkan kepada anak cucu bahwa untuk mencapai tujuan harus waspada terhadap segala tantangan dan Mengingatkan kepada anak cucuk hendaklah jangan melakukan hal-hal yang dapat mencelakai diri Pa'Tangke Rapa'Ukiran Toraja Pa'Tangke Rapa' Foto dok. istimewa/KIKOMUNALPa'Tangke Rapa' memiliki arti ukiran yang diciptakan mirip sebatang tangkai yang rapat ke tanah. Berasal dari kata "Tangke" yang berarti tangkai dan "Rapa" yang berarti sampai ke Pa'Tangke Rapa' ini berisi harapan agar pemilik rumah, anak dan cucu kelak damai penuh kebahagiaan. Sehingga tidak mudah goyah oleh sesuatu yang dapat merugikan rumpun keluarga ukiran ini dilukiskan pada kayu melintang. Serta ukiran ini digunakan pada dinding bagian tengah samping rumah dan Pa'Tutu' Ra'bung atau Pa'DempangUkiran Toraja Pa'Tutu' Ra'bung atau Pa'Dempang Foto dok. istimewa/KIKOMUNALPa'Tutu' Ra'bung atau Pa'Dempang ukiran yang semacam alas pakaian yang terdapat pada dada anak-anak. Ukiran ini mengandung sejumlah harapan bagi yang terkandung pada ukiran ini, senantiasa anak dalam keadaan yang sehat dan terlindungi dari berbagai macam penyakit. Jenis ukiran Pa'Tutu' Ra'bung ini dilukiskan pada kayu melintang pada bagian bawah pada lumbung atau Toraja Kelompok Passura' To DoloUkiran Toraja kelompok Passura' To Dolo adalah motif pada ukiran Toraja yang menjadi lambang tata cara persembahan kepada leluhur. Ukiran Toraja ini merupakan ukiran sejumlah ukiran Toraja dari kelompok Passura' To Doloa. Pa'Doti Langi'Ukiran Toraja Pa'Doti Langi' Foto dok. istimewa/KIKOMUNALPa'Doti Langi' merupakan ukiran yang pokok dari segala ukiran. Karena dianggap berasal dari langit. Rumah yang dihiasi ukiran ini menandakan bahwa rumah ini adalah rumah pusaka banuannya Tongkonan.Ukiran jenis ini memiliki makna sebagai tanda kebangsawanan seorang wanita Toraja. Ukiran Pa'Doti Langi' ini dilukiskan hanya pada Tongkonan tertentu, tidak boleh Tongkonan biasa, diletakkan pada sangka'ampang Langi' berasal dari kata "Doti" artinya ilmu hitam biasa juga ditujukan kepada kerbau belang, sedangkan "Langi" artinya langit. Ukiran ini hanya dapat dilukiskan pada usungan mayat wanita orang bangsawan, tetapi tidak diperkenankan pada mayat orang Langi' adalah ukiran yang diciptakan1. Semacam palang yang berjejer-jejer dan ditengah-tengahnya palang ada rupa lain seperti bintang-bintang di atas langit;2. Ada pada kain tua maa' yang sampai sekarang masih ada di Toraja. Kain itu beri nama Doti Langi';3. Diletakkan pada dinding-dinding rumah Tongkonan dan lumbung padi terlebih pada palang dari lonjong rumah Sangka' Longa;4. Pada bungkusan mayat orang bangsawan yang berjenis kelamin perempuan yang diupacarakan pada level tertinggi sapu randanan. Pada balunnya peti mayat yang agak bundar disalut dengan perak dan emas yang sudah ditempa, digunting-gunting menyerupai ukiran Pa'Doti Langi'.b. Pa'LimbonganUkiran TorajaPa'Limbongan Foto dok. istimewa/KIKOMUNALPa'Limbongan memiliki arti sebagai sumber mata air yang tidak pernah kening yang dapat memberi kehidupan alam sekitarnya. Berasal dari kata "Limbong" yang berarti jenis ini diyakini sebagai Ne' Limbongan yang merupakan nama orang. Kabarnya dia adalah arsitek Toraja pertama yang sekaligus penemu ukiran Toraja sekitar tahun yang menunjukkan makna bahwa orang Toraja gigih dan bertekad memperoleh berkat dan rezeki dari empat penjuru mata angin dan bagaikan mata air yang bersatu dalam satu danau dan memberikan kebahagian bagi anak cucunya. Ukiran Pa'Limbongan ini dilukiskan pada dinding rumah bagian Pa'SuletangUkiran Toraja Pa'Suletang Foto dok. istimewa/KIKOMUNALPa'Suletang berasal dari kata "Suletang" yang berarti erong. Ukuiran ini memiliki arti yang di kaitkan pada erong, karena ukirannya dibundar dikampasu kemudian dikaitkan dengan yang lain sehingga di namakan ukiran ini hanya dilukiskan pada peti orang mati. Pa'Suletang memiliki makna untuk memperhatikan dan menghargai orang yang mati kelak kemudian mereka dapat memberkati orang yang masih Pa'Lolo TabangUkiran Toraja Pa'Lolo Tabang Foto dok. istimewa/KIKOMUNALPa'Lolo Tabang memiliki arti yang menyerupai pucuk daun tabang yang merupakan salah satu tanaman utama setelah pinang. Berasal dari kata "lolo" berarti pucuk dan "Tabang" berarti pohon jenis ini mengandung pesan dan makna bahwa orang-orang tua dahulu mendambakan agar manusia atau anggota masyarakat selalu berada dalam ketenangan batin, sehat jasmani dan terhindar dari segala bala penyakit. Ukiran Pa'Lolo Tabang ini dilukiskan pada bingkai atau sangkinan yang khusus berdiri ke atas dan miring. Simak Video "Belasan Nakes di Tana Toraja Lulus PPPK, Tiba-tiba Dianulir" [GambasVideo 20detik] edr/asmTingkattingkat perkawinan di Tana Toraja lasimnya dilakukan menurut kasta atau tana' dari kedua belah pihak yang dikawinkan itu tetapi pada dasarnya harus tunduk pada dasar atau kedudukan sang perempuan umpamanya seorang laki-laki berasal dari Tana' Bulaan dan kawin dengan perempuan asal Tana' Bassi, maka yang menjadi patokan dalam perkawinan ini adalah Tana' dari pada perempuan dan nilai Ilustrasi dari Suku Toraja. Sumber Dispudpar Provinsi Sulawesi SelatanSuku Toraja merupakan salah satu suku asli Sulawesi Selatan. Dilansir melalui laman resmi milik Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, Suku Toraja tinggal di pegunungan bagian utara dengan populasi sekitar 1 juta jiwa. Adapun setengah dari jumlahnya tersebar di Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Toraja Utara, dan Kabupaten Toraja secara mayoritas beragama Kristen, sebagian kecil beragama Islam, dan sisanya masih menganut kepercayaan animisme yang disebut dengan Aluk To mengenal lebih jauh mengenai Suku Toraja, yuk simak informasi yang telah dirangkum melalui buku Mengenal Lebih Dekat Tana Toraja 2017 oleh Abd. Rahman Rahim berikut ini!Asal Usul Suku TorajaAsal usul Suku Toraja berasal dari Teluk Tonkin yang terletak di antara Vietnam Utara dan Cina Selatan. Awalnya, imigran asal Teluk Tonkin ini tinggal di wilayah pantai yang ada di Sulawesi, namun mereka pindah ke dataran tinggi yang sampai saat ini masih didiami oleh Suku juga bahwa masyarakat yang mendiami Tana Toraja ini adalah hasil percampuran dari penduduk lokal yang memang tinggal di dataran tinggi Sulawesi Selatan dengan para imigran dari Teluk Tongkin-Yunnan, Cina Selatan. Mereka berlabuh di sekitar hulu sungai, yakni daerah Enrekang, kemudian membangun Tana Toraja sebagai wilayah yang ditinggali Suku Toraja. Sumber Dispudpar Provinsi Sulawesi SelatanAsal usul dari Suku Toraja ini juga memiliki mitos tersendiri yang sangat melegenda. Konon, leluhur dari Suku Toraja merupakan manusia yang berasal dari nirwana. Masyarakat Toraja percaya bahwa nenek moyang mereka turun dari langit dengan tangga yang berfungsi sebagai alat komunikasi dengan Puang Matua Tuhan.Kata Toraja sendiri memiliki asal usul. Orang Bugis menyebut Toraja sebagai to riaja yang berarti orang yang berdiam di negeri atas. Orang Luwu menyebutnya sebagai to riajang yang berarti orang yang berdiam di sebelah barat. Sementara pendapat lain menyebutkan bahwa toraja berasal dari dua kata yakni to yang artinya orang dan maraya yang artinya besar/ Suku TorajaSaat Belanda menapakkan kakinya di Sulawesi pada abad ke-17, mereka awalnya tidak tertarik ke dataran tinggi Sulawesi Selatan. Alasannya, akses yang sulit dicapai dan hanya memiliki sedikit lahan tetapi,karena resah akan pesatnya persebaran Islam di daerah tersebut, akhirnya Belanda melihat Suku Toraja sebagai target potensial untuk menyebarkan agama Kristen. Sebab, saat itu mereka masih menganut garis lalu digambarkan sebagai wilayah Sa’adan yang kemudian disebut dengan Tana Toraja. Pada 1957 Toraja berhasil menjadi sebuah tahun 1990-an Suku Toraja terus mengalami transformasi budaya dari menganut kepercayaan animisme dan hidup bergantung pada sektor agraris, hinggamenjadi masyarakat yang secara mayoritas beragama Kristen. Kini masyarakat Tana Toraja terkenal mengandalkan sektor Suku TorajaSeperti yang telah disebutkan sebelumnya, beberapa masyarakat Suku Toraja masih menganut kepercayaan Aluk To Tongkonan Mahakarya Arsitektur Tradisional Suku Toraja 2017 oleh Weni Rahayu menyebutkan bahwa Aluk Todolo merupakan agama/aturan dari leluhur yang diturunkan dari generasi ke generasi oleh Sang Pencipta yakni Puang kepercayaan ini manusia diwajibkan menyembah, memuja, dan memuliakan Puang Matua dengan melakukan ritual, antara lain sajian, persembahan, dan salah satu budaya Suku Toraja yaitu rambu solo. Sumber Portal Informasi IndonesiaBiasanya suku Toraja memberikan babi ataupun ayam sebagai persembahan kepada para Dewata atau Dewa sebagai pemelihara utusan Puang Matua. Upacara-upacara adat lain yang sering dilakukan oleh Suku Toraja ialah rambu solo yang merupakan upacara adat pemakaman dan rambu tuka yang merupakan upacara untuk merenovasi rumah itu dia informasi mengenai Suku Toraja mulai dari asal-usul, sejarah, dan budayanya. Menarik ya? Dimaknaibahwa, orang Toraja adalah orang yg luas wawasannya, tidak bermasa bodoh. 08.To maluangan ba'tengna, massindung karangan inayanna. Yang artinya: Orang yang luas hatinya, bercaruk pasir nuraninya. Dimaknai bahwa orang Toraja harus jalan nalarnya, dan harus berjiwa besar. 09.To umbakkao bukunna kayu buangin.
- Berbagai kelompok etnis mewarnai keragaman yang ada di Indonesia, salah satunya adalah Suku Toraja. Suku Toraja adalah penduduk asli yang berasal dari Kabupaten Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan yang menetap di sekitar pegunungan bagian juga Kearifan Tanah Toraja dalam Kopi Mangiru’ Dolo Masyarakat Suku Toraja masih banyak tersebar di Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Toraja Utara, dan Kabupaten Mamasa. Baca juga Manene Suku Toraja, Ritual Bersihkan Jenazah untuk Hormati Leluhur, Tetap Digelar Walau di Perantauan Asal Usul Suku Toraja Dalam buku Tongkonan Mahakarya Arsitektur Tradisional Suku Toraja 2017 oleh Weni Rahayu, dijelaskan bahwa ada beberapa versi dari asal-usul nama Toraja. Baca juga Ritual Rawat Mayat Suku Toraja di Perbatasan RI-Malaysia Beri Pesan Damai Jelang PaskahOrang Bugis-Sidenreng menyebutnya orang Toraja dengan nama to riajang’ yang artinya orang yang berdiam di negeri atas atau pegunungan’. Sementara orang Luwu pada zaman Belanda menyebut orang Toraja dengan to riaja’ yang berarti orang yang berdiam di sebelah barat’. Ada pula versi lain yang menyebut bahwa orang Toraja berasal dari toraya’, yang bermakna orang besar atau bangsawan. Shutterstock/JOSE MIGUEL NAVARRETE Rumah Tongkonan, rumah adat Suku Toraja. Dari mitos yang beredar di masyarakat, Toraja adalah sebuah negeri otonom bernama Tondok Lepongan Bulan’ atau Tana Matarik Allo’. Para bangsawan menyebutkan Toraja berasal dari kata tau raja yang berarti orang raja atau keturunan raja. Dalam mitos tersebut, para bangsawan Toraja tana’ bulaan beranggapan bahwa mereka nenek moyang mereka adalah keturunan Puang Matua dewa tertinggi/Tuhan yang kemudian diangkat menjadi raja di Tondok Lepongan Bulan atau Tana Matarik Allo.
Istilahini memiliki arti yang menyindir bagi orang yang cuma taunya makan namun lamban atau malas dalam bekerja. Orang seperti ini dianalogikan seperti petir yang cepat untuk urusan makan tetapi seperti siput ketika bekerja. Nah, dari 9 istilah di atas yang sering diucapkan oleh orang Toraja, yang mana nih yang pernah kamu dengar?
- Suku Toraja adalah suku yang berasal dari Kabupaten Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan. Suku ini metepa di pengunungan bagian utara Sulawesi Selatan. Dilansir dari Kebudayaan Masyarakat Toraja karya Fajar Nuugroho, suku ini memiliki hubungan yang imbang dengan alam. Suku Toraja memperlakukan alam dengan baik."Melestarikan dan menjaga alam merupakan bentuk penghormatan terhadap arwah leluhur," tulis Nugroho. Sejarah suku Toraja Shutterstock/Putu Artana Orang Toraja DOK. Shutterstock/Putu Artana Menurut Nugroho, nama Toraja merupakan julukan yang digunakan oleh Suku Bugis Sindendereng dan Luwu untuk menyebut penduduk di sekitar Bugis Sindendereng menyebut kelompok masyarakat ini dengan nama To Riaja, artinya orang yang berdiam di negeri atas atau pegunungan. Orang Luwu menyebutnya To Riajang, berarti orang yang berdiam di sebelah barat. Baca juga Panduan Menuju Tongkonan Lempe, Negeri Atas Awan di Toraja Utara Harga Paket Menginap di Tongkonan Lempe, Negeri Atas Awan Toraja Utara 5 Aktivitas Wisata di Tongkonan Lempe, Negeri Atas Awan Toraja Utara Sementara itu, dari hasil penelitian antropologi, masyarakat Toraja merupakan hasil akulturasi antara penduduk pribumi dengan pendatang dari Teluk Tonkin di China. Suku Toraja kini diketahui menghuni hampir seluruh wilayah Kabupaten Tana Toraja.
Artinya Anak yang unik, kaya, dan cantik. 21. Zoya Nazira Alifiana Artinya, anak perempuan yang disukai banyak orang dan akan menjadi pemimpin dengan banyak kecocokan. 22. Zharifa Sakinah Mecca Artinya, anak perempuan yang dilahirkan bersih, dan selalu berwibawa dengan penuh kebaikan. 23. Zerina Aqilla NadhifahNama dan Makna Ragam Motif Toraja Lengkap - Ukiran Toraja adalah kesenian ukir Melayu khas suku bangsa Toraja di Sulawesi Selatan. Ukiran ini dicetak menggunakan alat ukir khusus di atas sebuah papan kayu, tiang rumah adat, jendela, atau pintu. Motif ukiran Toraja bermacam-macam, antara lain cerita rakyat, benda di langit, binatang yang disakralkan, peralatan rumah tangga, atau tumbuh-tumbuhan. Nama dan MaknaMotif Toraja dapat Berakhir Pekan uraikan antara lain Neq Limbongan Orang Toraja meyakini bahwa nama ini diambil dari nama leluhur mereka yakni Limbongan yang diperkirakan hidup pada 3000 tahun yang lalu. Sedangkan neq berarti “danau”. Dalam pengertian orang Toraja, limbongan berarti sumber mata air yang tidak pernah kering sehingga menjadi sumber kehidupan. Oleh karena itu, motif ukiran ini berbentuk aliran air yang memutar dengan panah di keempat arah mata angin. Motif ini memiliki makna bahwa rejeki akan datang dari 4 penjuru bagaikan mata air yang bersatu dalam danau dan memberi kebahagiaan. Paqbarre allo Barre artinya “bulatan”, dan allo artinya “matahari”. Ukiran jenis ini menyerupai bulatan matahari dengan pancaran sinarnya dan biasanya ada di salah satu bagian belakang atau depan rumah di bawah ukiran paqmanuk londong yang berbentuk segitiga. Ukiran ini dimaknai sebagai ilmu pengetahuan dan kearifan yang menerangi layaknya matahari. Paqkapuq baka Kapuq artinya “ikatan” dan baka artinya “bakul” atau “keranjang”. Motif ukiran ini menyerupai ikatan pada penutup bakul tempat menyimpan pakaian yang bagi orang Toraja dianggap sakral. Jika ikatan bakul berubah, dipercaya bahwa ada yang mencuri pakaian di dalamnya. Ukiran ini dimaknai sebagai harapan agar keturunan senantiasa bersatu dan senantiasa hidup damai dan sejahtera. Paqkadang pao Nama ini berarti “kait mangga”. Oleh Karena itu, ukiran ini berbentuk seperti kait penjolok yang digunakan untuk mengambil mangga. Ukiran ini dimaknai bahwa untuk mengaitkan harta benda ke rumah harus dengan cara yang jujur dan perlu kerjasama di lingkungan keluarga atau masyarakat. Paqsulan sangbua Sulan berarti “sulam” atau lipatan seperti tembakau sirih. Oleh karena itu, ukiran ini mirip sulaman tembakau sirih dan dimaknai sebagai lambang kebesaran bangsawan Toraja. Paqbulu londong Kata londong berarti “ayam jantan” sehingga ukiran ini menyerupai rumbai bulu ayam jantan. Ukiran ini dimaknai sebagai lambang keperkasaan dan kearifan laki-laki atau pemimpin. Paqtedong Tedong berarti “kerbau”. Ukiran ini menyerupai tanduk kerbau dan dimaknai sebagai lambang kesejahteraan dan kemakmuran bagi masyarakat semua dan keluarga. Paqtangko pattung Istilah Paqtangko pattung berarti menyerupai paku bambu yang biasa digunakan untuk mengaitkan tiang bangunan. Ukiran ini melambangkan kebesaran bangsawan Toraja dan lambang persatuan yang kokoh seperti paku bambu. Paqtangkiq attung II Motif Tana Toraja jenis ini merupakan pengembangan dari Paqtangko pattung. Motif ini terdiri dari 4 bundaran benda seragam dan membentuk angka 8 sebangun, yang bila dijumlah menjadi 16, sama dengan 1+6=7. Angka 7 merupakan angka sakral bagi orang Toraja sesuai dengan falsafah aluk saqbu pitu ratuq pitung pulo pitu Seribu Tujuh Seratus Tujuh atau 7777. Ukiran ini merupakan lambang kebersamaan dan kekeluargaan Toraja. Paqtanduk reqpe Tanduk reqpe berarti “tanduk yang menggelayut ke bawah seperti ranting pohon yang keberatan buah”. Ukiran yang menyerupai tanduk kerbau ini melambangkan perjuangan hidup dan jerih payah Paqpolloq gayang Polloq artinya “ekor”, sedangkan gayang artinya “keris emas”. Ukiran yang menyerupai rumbai ekor penghias keris emas bangsawan Toraja ini melambangkan kebesaran, kedamaian, dan kemudahan rejeki. Paqulu gayang Ulu artinya “bagian kepala” dan gayang artinya “keris emas”. Ukiran jenis ini menyerupai bagian kepala keris emas dan melambangkan perjuangan dalam mencari harta, terutama emas. Paqbombo uai i I Dalam hal ini, bombo berarti “binatang air yang melayang di atas air bagaikan angin”. Ukiran ini merupakan gambaran manusia yang harus bekerja cepat, tepat waktu, displin, dan terampil. Paqbombo uai i II Ukiran ini sama dengan Motif Tator Paqbombo uai i I diatas, namun lain bentuk. Garis-garisnya agak besar dan lengkungannya jelas. Paqkollong buqkuq Istilah ini berarti “leher burung tekukur”. Ukiran ini bentuknya menyerupai leher tekukur dan melambangkan kejujuran. Paqulu karua Ulu karua berarti “kepala delapan” yang mengacu pada mitos bahwa leluhur orang Toraja ada delapan 8 orang. Oleh Karena itu, ukiran ini menyerupai angka 8 dan melambangkan ilmu pengetahuan. Paqmanik-manik Seperti namanya Motif Tator yang satu ini berbentuk manik-manik, hiasan tradisional Toraja. Ukiran ini dimaknai sebagai harapan agar anak cucu Toraja selalu hidup rukun. Paqsekong kandaure Ukiran ini berbentuk lengkung lingkar yang berlekuk-lekuk. Ukiran ini dimaknai sebagai harapan agar seluruh keturunan Toraja hidup berbahagia. Paqsekong anak Istilah ini berarti lengkungan bayi ketika masih ada di rahim ibu. Ukiran ini berbentuk demikian juga dan dimaknai sebagai perlambang kejujuran dan keterbukaan. Passekong dibungai. Ukiran jenis ini hampir sama dengan sebelumnya, hanya saja lingkarannya diberi hiasan bunga-bunga. Ukiran ini menyerupai segi empat sama sisi yang ujungnya tersembunyi di bagian tengah. Ukiran ini dimaknai sebagai perlambang bahwa seseorang harus bisa menjaga rahasia. Paqsepuq torong kong Ukiran ini menyerupai sulaman pundi tempat sirih. Torong kong digunakan untuk menyebut suku bangsa Rongkong yang masih serumpun dengan orang Toraja. Ukiran ini dimaknai sebagai semangat persatuan kedua suku. Paqsalaqbiq biasa Ukiran ini berbentuk pagar rumah yang terbuat dari bambu. Hal ini dimaknai sebagai perlambang sikap kehati-hatian dari segala kemungkinan ancaman. Paqsalaqbiq ditoqmokki Ukiran ini memiliki bentuk yang sama dengan sebelumnya, hanya saja pagar bambu dibuat lebih besar. Bentuk ini dimaknai sebagai harapan agar anak cucu terhindar dari segala wabah penyakit dan marabahaya lainnya. Paqtalinga Talinga artinya telinga. Ukiran ini dimaknai sebagai peringatan agar manusia menggunakan telinganya dengan benar. Paq Bokoq Komba Kaluaq Ukiran ini menyerupai hiasan pada gelang emas dan manik-manik yang dipakai saat upacara adat. Ukiran ini dimaknai sebagai perlambang kewibawaan dan kebesaran kaum bangsawan Toraja. Paq Erong Erong adalah peti untuk menyimpan tulang-belulang orang Toraja yang wafat. Erong ada yang berbentuk kepala kerbau atau babi. Ukiran ini dimaknai sebagai harapan agar arwah leluhur menjaga dan memberkahi rejeki. Paq Siborongan Borongan berarti “bekerja secara berkelompok”. Tradisi ini diwujudkan menjadi ukiran di rumah-rumah orang Toraja yang berbentuk seperti bunga-bunga yang mekar. Ukiran ini sebagai lambang semangat persatuan dan kekerabatan. Paq Doti Siluang I Ukiran ini merupakan repersentasi dari ilmu hitam dan kerbau. Ukiran ini biasanya terdapat pada pembungkus mayat perempuan dan dimaknai sebagai lambang keanggunan perempuan. Paq Doti Siluang II Ukiran ini berupa segi empat kecil dan besar yang bertanda silang di tengahnya. Ukiran ini biasa terdapat di rumah adat Toraja atau pada pembungkus mayat perempuan. Makna ukiran ini sebagai lambang hati-hati jika mendengar kabar dari perempuan. Paq Reopo Sangbua Ukiran ini berbentuk garis siku-siku serong yang berlapis-lapis, sebagai representasi dari gerakan tari melipat lutut. Bentuk ukiran ini biasa ditemukan di dinding lumbung adat dan dimaknai sebagai semangat kebersamaan dan gotong-royong. Paq Polloq Songkang Ukiran jenis ini berbentuk segi empat yang dibagi dalam segitiga kecil. Bentuk ini merupakan representasi dari bambu yang biasa digunakan untuk memerah susu. Oleh orang Toraja, ukiran ini dimaknai sebagai lambang kebesaran dan kemampuan bangsawan Toraja. Paq Papan Kandaure Ukiran ini berbentuk segi empat besar dan bermakna harapan menjadi rumpun keluarga besar yang bersatu. Paq Salaqbiq diBungai Bentuk ukiran ini berupa sebilah bambu yang dibuat bersilang-silang dan ujungnya runcing. Ukiran jenis ini terdapat di rumah adat Toraja dan dimaknai untuk penangkal bahaya. HGriE.